Seorang wanita paruh baya menangis dalam malam. Matanya menerawang dalam-dalam menatap talapak tangan yang kosong menadah. Pakaiannya putih menutupi seluruh tubuhnya, terkecuali wajahnya yang telah basah oleh jernihnya air yang keluar dari dua sumber mata air di wajahnya.
Esok malam ia akan kehilangan kesunyian malam yang spesial hanya di bulan ini*. Dan ia akan kembali melewatkan malam dalam dekapan pria beraroma alkohol.
Tanpa sedang menyalahkan apapun dan siapapun atas keadaannya, ia tetap larut dalam tangis sendu. “Selamat tinggal bulan, kau pemerkosa terbaikku disetiap tahun.”
Gw ga inget kapan kejadian ini terjadi, tetapi seperti vaksin cacar zaman dulu yang bekasnya tidak hilang. Inti percakapan itu pun tidak pernah hilang dari pikiran gw. Bicara itu mudah,To. Benarkah bicara itu mudah?
We can, if we think we can. Atau nothing impossible. Apakah sangat mudah mengatakannya? Ya.
Berbicara memang mudah tetapi yang lebih mudah lagi adalah tidak mempercayai diri untuk bisa melakukan sesuatu. Lebih mudah lagi berdiam diri. Lebih mudah lagi tidak peduli. Lebih mudah lagi diam.
Berbicara tidaklah mudah untuk mereka yang konsisten dengan perkataanya. Tidak mudah untuk mereka yang merasa bertanggung jawab dengan apa yang dikatakan. Tidak mudah untuk mereka yang meyakini perkataannya. Tidak mudah untuk mereka yang melakukan apa yang dikatakan. Dan mereka itu adalah orang-orang yang mau mempersulit diri untuk menjadi lebih baik.
Untuk mereka yang meyakini berbicara itu mudah, berdiam dirilah. Karena itu akan lebih mudah lagi.